Alleira batik semakin berkibar di pasar internasional. Sukses membuka
cabang di Marina Bay Sand Singapore dan dan Bangsar Village Kuala
Lumpur, rencananya tahun 2011 akan mengembangkan sayap dengan membuka
cabang di Hong Kong.
“Saat ini masih dalam penjajakan lokasi butik yang strategis.
Dibukanya cabang baru di Hong Kong karena Alleira batik sering ikut
feysen show di Hong Kong, sehingga banyak yang tertarik dengan produk
Alleira batik,” ungkap Zakariah Hamzah, Opreration Manager Alleira Badi
Jakarta.
Selain itu, sambung Hamzah, dibukanya di Hong Kong untuk
memperkenalkan batik secara mengglobal. Mengingat, Hong Kong merupakan
pusat mode dan bisnis perdagangan di wilayah Asia Pasifik, sehingga
Alleria Babtik merasa perlu sekaligus punya tanggung jawab untuk
mempopulerkan batik di Asia Pasifik.
“Maaf soal investasi kami belum tahu, karena masih dihitung.
Sebenarnya, investasi yang paling besar adalah brand image batik di
pasar internasional yang harus terus dibangun. Sehingga batik Indonesia
bisa dikenal secara mendunia,” tambahnya.
Selain memperkenalkan batik, Alleira juga gencar memberikan edukasi
yang memadai bagi pembeli mancanegara terhadap batik, salah satunya
lewat pameran, workshop dan feysen show secara rutin empat bulan sekali
seperti tampil di Hong Kong Fashion Week, dan Hong Kong World Butik.
Edukasi terus dilakukan mengingat begitu banyak brand Eropa yang
menyerbu pasar Asia. Setidaknya, Alleira batik menggencarkan
brandingnya. “Jika tidak, mereka lupa. Apalagi, di Singapura tiap bulan
ada brand baru yang masuk. Kita harus branding terus,” tukasnya.
Selain Hong Kong, Alleira batik juga gencar bergabung dengan agent
feyson di Australia untuk lebih mengenalkan batik secara lebih mendalam.
Umumnya, orang Australia yang suka berwisata ke Bali sudah banyak
mengenal batik, namun yang belum pernah ke Bali maka perlu diperkenalkan
lebih mendalam, katanya.
Memang, lanjut pria asal Kalimantan, kendala terbesar dalam
memperkenalkan Alleira di pasar dunia, umumnya belum mengenal batik,
kecuali orang Melayu mereka masih mengerti batik itu apa. Tetapi di luar
itu seperti keturunan asing banyak yang belum tahu. “Mereka tahunya
batik itu pakaian formal atau kain saja. Padahal sebenarnya tidak selalu
seperti itu,” jelasnya.
Selain itu, lanjut dia, untuk mengenalkan batik ke pasar
internasional, harus mengerti selera keinginan dan trend mode yang ada
di luar negeri. Masyarakat Malaysia, misalnya lebih menyukai pakaian
bermodel busana muslim dengan berbagai macam warna. Sementara untuk
bahan, mereka menyukai sifon dan sutera. Khusus pria Malaysia mereka
menggemari pakaian sutera yang dipintal dengan alat tenun bukan mesin.
Jugam konsumen Singapura menyukai warna dasar, seperti hitam, abu-abu, putih, off white,
dan warna-warna plain. Corak batik pun tak bisa mendominasi rancangan
(full batik), tapi hanya sedikit saja (touch of batik). Alhasil, Alleira
memasarkan batik sesuai tren fesyen hanya sekitar 30%, lainnya di-mix
dengan selera fesyen konsumen Singapura, tambahnya.
Sumber:jpmi.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar